5 Tips Yang Bisa Kamu Lakukan Jika Mengalami KDRT
Untuk kamu yang ketinggalan bagian satu dari tulisan ini, silakan klik disini untuk membacanya.
Well, sebelum Kamu mulai tertarik baca tulisan ini hingga selesai, izinkan saya memberi peringatkan terlebih dulu.
Saya bukanlah tipe orang yang akan memberi saran yang ENAK-ENAK saja. Justru seringnya saran saya terkenal PEDAS, NONJOK, dan NAMPAR.
Setidaknya, begitulah kata mereka yang sudah pernah coaching sama saya.
Tentu semua ada maksudnya. Jadi, sudah siap "tertampar?" Hehe. ^ ^
Jujur saja, bukan hanya kali ini saya menerima curhatan tentang KDRT.
Dari yang kekerasan verbal hingga fisik.
Dari yang latar belakangnya pacaran, taaruf, atau perjodohan.
Bagi mereka yang sudah baca buku Move On Formula mungkin masih ingat dengan kisah saya yang di-LiMA-kan oleh seorang wanita yang dulu saya amat sayangi. Awalnya saya tidak terima dengan apa yang dia lakukan pada saya!
Bayangkan saja, saya rela melakukan hal-hal konyol, mencurahkan waktu dan investasi perasaan yang tidak sedikit tapi tetap saja diselingkuhi dan menjadi orang KELIMA dari LIMA pria yang jadi selingkuhannya!
HUH..! Dulu saya menganggap semua ini tidak adil namun setelah saya paham dengan konsep pilihan, rasa sakit akan pengalaman pahit berubah jadi kesadaran yang bertanggungjawab.
Saya sadar bahwa:
- Dulu saya hanya terpikat pada tampilan luar seperti kecantikan dan kepintarannya namun mengabaikan aspek lain yg lebih penting
- Saya terlalu available untuknya
- Sudah ada tanda2 bahwa dia bukan perempuan baik dan setia namun saya mengabaikannya.
Jadi, tidak heran jika ujungnya cinta saya tidak dihargai dan di-LIMA-kan bukan? Lalu, apakah ini murni ujian dari Tuhan? Tentu saja bukan. Ini sepenuhnya kesalahan saya, Tuhan sudah mengirimkan tanda2 sebelum hal itu terjadi kemudian saya mengabaikannya dan merasakan akibatnya :)
Begitu pula halnya dengan mereka yang mengalami KDRT dalam pernikahannya. Saya tidak sedang membela si pelaku KDRT namun saya hanya ingin kamu SADAR bahwa selalu ada andil dari diri kita hingga akhirnya kita memiliki pasangan yg melakukan KDRT.
Mungkin, kita mengabaikan potensi KDRT karena ngebet duluan pengen nikah,
Mungkin dulu kita tidak melakukan validasi langsung dan menyeluruh karena pengen nurut dengan ortu yg menjodohkan,
Mungkin masa-masa perkenalan hanya diisi dengan haha-hihi hingga lupa menguji kualitas yang kamu cari...
Tidak peduli apakah kamu awalnya pacaran, taaruf atau dijodohkan.. Yang pasti kamu mengizinkan dirinya menjadi suamimu saat itu.
Dan sekarang adalah saatnya SADAR PENUH bahwa ini bukan murni ujian, ini adalah akibat dari pilihan kita yang salah di masa lalu.
Jadi tidak perlu menyalahkan siapapun, karena kitalah pihak yang paling bertanggungjawab atas nasib kita sendiri :)
Mayoritas pernikahan yang mengalami konflik berkepanjangan hingga KDRT, tidak membuat rules manajemen konflik.
Sehingga ketika pasangan tersebut berantem, isinya cuma adu nada tinggi, tuntutan pada pasangan, dan omongan ngelantur yang gak ada hubungannya dengan inti masalah.
Maka ada baiknya buat peraturan khusus agar setiap konflik yang terjadi masih dalam koridor AMAN.
Rules ini berisi kesepakatan antara kamu dan psangan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika kalian berantem, bagaimana kamu dan pasangan ingin diperlakukan ketika sedang ngambek, durasi berantem yg diperbolehkan, dll.
Jika kamu clueless, kamu boleh tiru punya saya. Cek dipostingan ini.
Seandainya KDRT sudah sempat terjadi, ajak dia ngobrol dari hati ke hati untuk membahas rules ini.
Pastikan ajak dia ngobrol ketika kalian sedang sama2 WARAS dan happy :)
Jika cara penyampaianmu benar dan enak, tidak ada yang mustahil untuk menyelamatkan pernikahan kalian.
Tidak sedikit wanita yang hanya bisa menangis, diam atau tidak melakukan pembelaan apapun ketika pasangannya melakukan KDRT.
Sehingga para pelaku KDRT tidak sadar bahwa pasangannya tidak layak menerima perlakuan kasar.
Maka saran saya untuk semua wanita yang sedang mengalami KDRT adalah: SPEAK UP!.
Kamu wajib menyampaikan STANDAR kamu dan tidak selayaknya mendapat perlakuan tidak pantas, apalagi dari pasangan sendiri.
Kamu bisa pelajari Bahasa Pria dan modul “Bagaimana menyampaikan rasa frustasimu tentang kebiasaan buruknya” di fase komitmen.
Dilansir dari CNN, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, sebanyak 25% KDRT adalah pemukulan terhadap istri.
Maka seandainya jika KDRT yang kamu alami sudah mencapai titik ini, bersegeralah minta bantuan! Baik pada pihak keluarga maupun pihak berwajib.
Tindakan pemukulan dsb bukan lagi “aib” yang harus ditutupi dan kamu pendam sendiri ladies…
Please, get help.
Ketika pernikahannya mengalami KDRT, wanita seringkali berhadapan dengan dua pilihan: bertahan atau berpisah.
Yang jelas saya tidak bisa memaksa kamu untuk memilih salah satu pilihan tersebut karena kamulah yang paling paham bagaimana kondisi pernikahanmu.
Hanya kamu yang bisa merasakan:
- Apakah pasangan masih bisa diajak hidup rukun atau tidak,
- pakah dia mau mengubah kebiasaan buruknya atau tidak,
- Apakah dia mau menghargai dan memperlakukanmu dengan baik,
- Apakah kamu masih kuat dan bisa bersabar dengan prosesnya atau sudah ditahap “enough”,
dan sebagainya.
Satu hal yang pasti, jangan mempertahankan pernikahan yang rusak HANYA “demi anak”. Anak-anak memang membutuhkan kedua orangtuanya, tapi lebih penting lagi jika kedua orangtuanya hidup rukun bersama.
Terakhir, semua masalah dalam pernikahan bisa dicegah dan diperbaiki, maka pelajari ilmunya bukanlah pilihan tapi kewajiban.
Semoga tulisan kali ini bermanfaat, jangan sungkan membagikannya ke teman-temanmu ya!
Karena semakin banyak wanita yang teredukasi cinta, semakin baik :)
P.S: Untuk kamu yang masih haus info dan ingin tahu materi apa saja yang bisa kamu dapatkan setelah join Bahasa Pria nanti, Kamu boleh baca infonya di-link ini. Psst..